Sebelum kehadiran Maarten Paes, posisi penjaga gawang utama di Timnas Indonesia dipegang oleh Ernando Ari. Namun, dengan semakin banyaknya pemain naturalisasi yang bergabung, persaingan bagi talenta-talenta lokal semakin ketat. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai sampai kapan pemain lokal mampu bertahan di tengah arus naturalisasi yang terus berjalan.
Meski begitu, Ernando Ari masih bisa dikatakan cukup beruntung karena namanya tetap masuk dalam skuad Timnas Indonesia. Meskipun kini hanya berstatus sebagai pemain cadangan, kiper milik Persebaya Surabaya itu masih memiliki peluang untuk membuktikan kemampuannya di tengah persaingan sengit.
Di sisi lain, beberapa pemain lokal justru harus tersingkir akibat kebijakan naturalisasi yang semakin gencar dilakukan dalam tiga tahun terakhir. Rachmat Irianto, Alfeandra Dewangga, Muhammad Rafli, Edo Febriansah, dan Saddil Ramdani adalah beberapa nama yang kehilangan tempat di Timnas Indonesia akibat perubahan komposisi pemain yang lebih mengutamakan mereka yang dinaturalisasi. Kondisi ini tentu menjadi tantangan besar bagi para pemain asli Indonesia yang ingin tetap bersaing di level internasional.
Persaingan Masih Akan Terus Berlanjut
Dampak dari kebijakan naturalisasi yang diterapkan oleh PSSI tampaknya masih akan terus berlanjut dalam waktu yang cukup lama. Federasi sepak bola Indonesia ini belum menunjukkan tanda-tanda menghentikan upaya mereka dalam mencari pemain-pemain keturunan dari berbagai belahan dunia, terutama yang berasal dari Belanda. Proses perekrutan terus berjalan, dengan beberapa nama baru yang masuk dalam daftar calon pemain naturalisasi berikutnya.
Salah satunya adalah Ole Romeny, bersama dengan Jairo Riedewald, yang diproyeksikan segera mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. Keduanya diharapkan sudah resmi menjadi WNI sebelum laga penting Timnas Indonesia melawan Australia dalam lanjutan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang akan berlangsung pada 20 Maret 2025.
Dalam perkembangan terbaru, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Republik Indonesia, Supratman Andi Agtas, telah mengkonfirmasi bahwa Ole Romeny dijadwalkan untuk menjalani proses pengambilan sumpah sebagai warga negara Indonesia pada 8 Februari 2025. Fenomena semakin banyaknya pemain naturalisasi sejauh ini tampaknya membawa dampak positif bagi prestasi Timnas Indonesia.
Kontribusi para pemain keturunan ini tidak bisa dipandang sebelah mata, terutama dalam perjalanan Skuad Garuda menembus putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Nama-nama seperti Jay Idzes, Thom Haye, Calvin Verdonk, Rafael Struick, Justin Hubner, Ivar Jenner, dan Nathan Tjoe-A-On telah memberikan pengaruh besar dalam peningkatan performa tim.
Tak hanya di level senior, peran pemain naturalisasi juga terasa di Timnas Indonesia U-23. Keberhasilan tim muda Indonesia mencatat sejarah dengan mencapai semifinal Piala Asia U-23 2024 dan berkesempatan tampil di play-off Olimpiade Paris 2024 juga tidak lepas dari kontribusi luar biasa para pemain naturalisasi. Dengan semakin banyaknya pemain keturunan yang bergabung, Timnas Indonesia kini memiliki skuad yang lebih kompetitif, baik di level senior maupun kelompok usia muda, yang diharapkan mampu membawa prestasi lebih gemilang di kancah internasional.
Bagaimana di Era Pelatih Baru?
Di era kepelatihan Shin Tae-yong, pemain lokal masih mendapatkan kesempatan tampil meskipun tidak selalu menjadi pilihan utama dalam susunan sebelas pertama. Namun, muncul pertanyaan besar mengenai bagaimana nasib para pemain lokal jika Patrick Kluivert mengambil alih posisi pelatih.
Tidak menutup kemungkinan bahwa sejumlah nama seperti Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam, Witan Sulaeman, Rizky Kambuaya, Hokky Caraka, serta Rizky Ridho dan Marselino Ferdinan harus tersingkir dari skuad utama akibat dominasi pemain naturalisasi di berbagai lini.
Meskipun sering dikatakan bahwa kehadiran pemain naturalisasi dapat memberikan motivasi bagi talenta lokal untuk terus berkembang, kenyataannya Timnas Indonesia kini justru lebih banyak diisi oleh pemain keturunan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terkait masa depan pembinaan pemain asli Indonesia, terutama karena tim nasional merupakan puncak dari sistem kompetisi sepak bola di dalam negeri.
Namun, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga menegaskan bahwa kebijakan naturalisasi tidak akan mengorbankan atau menghambat perkembangan pemain lokal. Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo, menyatakan bahwa langkah ini merupakan bentuk pemberian hak yang sama bagi para diaspora, yang meskipun lahir di luar negeri, memiliki orang tua berkewarganegaraan Indonesia.
Ia juga menegaskan bahwa program pembinaan pemain lokal tetap menjadi fokus utama, dan pemerintah berupaya mengkombinasikan potensi pemain diaspora dengan talenta asli Indonesia untuk membangun tim yang lebih kompetitif.